This image has an empty alt attribute; its file name is Logo-TG-Angga-1-300x300.jpeg
Gagal Habisi Proxy, Israel Pancing Iran Keluar dari Sarangnya

Gagal Habisi Proxy, Israel Pancing Iran Keluar dari Sarangnya

Oleh: Dr Tony Rosyid (Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa)

Sejak 7 oktober 2023, perang Israel-Hamas Palestina dimulai. Berawal dari serangan Hamas ke Israel yang menewaskan 1.200 orang dan menyandera sekitar 240 warga Israel. Serangan Hamas merupakan bentuk perlawanan atas invasi Israel ke Palestina yang semakin hari semakin berkurang tanah Palestina atas pencaplokan oleh Israel. Belum lagi warga Palestina yang dibantai oleh Israel junlahnya ada ratusan ribu.

Atas serangan Hamas itu, Israel mengerahkan puluhan ribu tentara untuk menghabisi Hamas. Setelah 10 bulan serangan Israel terhadap Hamas yang menewaskan hampir 40 ribu orang yang mayoritas warga sipil, Hamas masih mampu bertahan dan terus melakukan perlawanan hingga hari ini.

Sejak perang Oktober tahun lalu dimulai, Hamas telah mendapatkan dukungan dari Hizbullah di Lebanon dan Houthi di Yaman. Kedua pendukung Hamas ini melakukan kontak senjata dengan Israel. Sejumlah drone dan rudal telah diluncurkan ke Israel. Sebagian berhasil menghancurkan gedung dan menewaskan bala tentara Israel.

Kerepotan menghadapi Hamas, Hizbullah dan Houthi, Israel memilih untuk menyerang Iran. Strategi ini seolah disengaja oleh Israel agar Iran keluar dari sarangnya. Ini akan menjadi alasan bagi Israel untuk berhadap-hadapan langsung dengan Iran.

Diawali dengan serangan Israel ke kantor deplomat Iran di Damascus Syria tanggal 1 April yang menewaskan 16 orang. Diantara yang tewas adalah seorang jenderal IRGC dan tujuh perwira IRGC. Ini bentuk provokasi kepada Iran agar membalas serangan Israel ini. Iran sempat membalasnya dengan meluncurkan drone dan rudal. Tapi, hanya sebagai peringatan.

Tidak cukup membuat Iran marah, Israel melakukan provokasi lagi dengan membunuh ketua Hamas Ismael Haniyeh pada tanggal 31 Juli 2024. Tepat di rumah yang disiapkan untuk tamu kenegaraan Iran di Teheran, ibu kota Iran. Ismail Haniyeh dibunuh setelah menghadiri pelantikan presiden baru Iran.

Iran marah. Bersumpah akan membalasnya. Kali ini, harga diri Iran terusik. Dunia melihat keamanan nasional Iran rapuh dan inteligennya lemah. Provokasi Israel membuat Iran kehilangan kesabaran dan bertekad untuk menyerang Israel. Inilah yang sungguh diharapkan oleh Israel. Lalu apa tujuan Israel provokasi Iran?

Pertama, berkonfrontasi dengan Iran, Israel akan dapat menghentikan, atau setidaknya menghambat pasokan senjata Iran ke proxy-proxy Iran yaitu Hamas, Hizbullah dan Houthi. Bagi Israel, proxy-proxy Iran ini sangat merepotkan jika pasokan senjata dari Iran terus mengalir ke proxy-proxy itu. Israel memilih untuk melakukan perang di hulunya yaitu Iran, dari pada di hilirnya yaitu para proxy Iran di sejumlah negara.

Kedua, dengan menyerang Iran dalam perang, Israel bisa menyeret USA dan sekutu untuk terlibat secara penuh dalam perang ini.

Setelah pembunuhan Ismail Haniyeh yang berhasil provokasi Iran untuk secara serius menyiapkan serangan ke Israel telah berhasil mendorong USA dan sekutu merapat ke lokasi pertempuran. Tidak kurang dari 12 kapal perang USA dengan persenjataan lengkap yang membawa 4.000 pasukan militer bergerak ke Timur Tengah. Disamping tambahan jet tempur yang ikut dikirim ke Timur Tengah.

Semula USA tidak pernah setuju Israel berkonfrontasi langsung dengan Iran. Maka, USA dan sekutu berupaya menahan perang kawasan Timur Tengah agar tidak meletus. Berbagai pertemuan dan negosiasi terus dilakukan USA agar masing-masing pihak, baik Iran maupun Israel menyelesaikannya dengan jalan damai. Sejumlah pimpinan negara di Timur Tengah, termasuk raja Yordania Abdullah II diminta presiden USA Joe Biden untuk ikut ambil bagian membujuk Iran agar tidak melakukan penyerangan. Tapi, USA melihat Iran telah bertekad untuk membalas Israel.

Kenapa USA ngotot agar perang di kawasan ini tidak terjadi? Pertama, USA tidak punya kepentingan atas perang Israel-Iran. USA tidak punya keuntungan terhadap perang ini. Hanya karena USA harus membela dan mengamankan proxinya di Timur Tengah yaitu Israel, maka tidak pernah ada pilihan bagi USA selain secara total membela Israel. Keberadaan Israel di Timur Tengah bagi USA sangat penting bahkan vital. Dengan adanya Israel, USA punya keleluasaan untuk mengendalikan negara-negara Timur Tengah. Israel adalah sekutu yang paling bisa dipercaya USA di Timur Tengah.

Kedua, USA tidak setuju perang Iran-Israel karena perang ini diprediksi akan lama dan menelan biaya yang sangat besar. Ini tidak menguntungkan bagi USA di tengah kondisi ekonomi USA yang sedang morat marit. USA sedang dilanda kesulitan ekonomi. Perang Iran-Israel yang melibatkan USA akan menguras cukup besar anggaran pertahanan USA.

Setidaknya dua faktor ini yang membuat USA berupaya mencegah terjadinya perang Iran-Israel

Sementara Iran sendiri, jika tidak mengambil tindakan tegas terhadap Israel, maka di mata dunia, khususnya di mata musuh-musuh Iran, terutama Israel, Iran dianggap sebagai negara yang rapuh dan lemah.

Perang tentu akan merugikan kedua belah pihak. Kerugian yang besar bahkan dahsyat. Kerugian jangka panjang yang butuh puluhan tahun untuk recovery. Tapi, perang adalah bagian dari bagaimana sebuah negara mempertahankan kedaulatannya dan menjaga harga dirinya.

Jakarta, 6 Agustus 2024

Tags:

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *